Kecemasan Dalam Pikiran Anda Bisa Datang Dari Usus Anda
Terjemahandarai :
http://abcnews.go.com/Health/anxiety-head-gut/story?id=20229136
Dr James Greenblatt, seorang psikiater dari Boston, mendapatkan kasus yang membingungkan:
seorang remaja datang ke kantornya dengan gangguan Obsessive–Compulsive Disorder (OCD),
serta gangguan Attention Deficit Hyperactivity (ADHD) dan mengalami berbagai masalah pencernaan.
"Menurut orang tuanya, maria melakukan pengobatan selama beberapa tahun dan mengalami respon yang tidak baik atas obat-obatan tersebut." kata Greenblatt, pendiri Komprehensif Psychiatric Resources Inc di Waltham, Mass. "Ketika seorang pasien tidak merespon obat-obatan, maka itu adalah bendera merah . "
Greenblatt melakukan tes urine sederhana untuk HPHPA metabolit, produk sampingan kimia dari bakteri clostridia. Greenblatt memberikan probiotik tingkat tinggi dan antibiotik, dan kemudian tingkat kecemasan dari pasiennya mulai turun secara dramatis.
Setelah enam bulan, gejala Maria mulai menghilang. Dan setahun kemudian, mereka sudah pergi. Hari ini, tiga tahun kemudian, Mary sudah bersekolah dan tidak memiliki tanda-tanda gangguan mental.
Dan sekarang, para ilmuwan mulai berpikir kemungkinan ada hubungan antara apa yang ada di usus Anda dan apa yang ada di pikiran anda, dan menunjukkan bahwa bakteri dapat berperan dalam gangguan seperti kecemasan, skizofrenia dan autisme. Pada beberapa pasien, bakteri telah dikaitkan dengan masalah OCD dengan kondisi yang dikenal dengan nama PANDAS.
Ia mengatakan ia memeriksa setiap pasien dengan test HPHPA yaitu dengan tes urine asam organik sederhana sebelum melakukan pengobatan dengan obat-obatan.
"Delapan dari 10 orang baik-baik saja," katanya. "Tapi pada dua pasien ditemukan mengandung kadar yang tinggi , dan dapat menimbulkan efek yang mendalam pada sistem sarafnya"
"Saya tidak tahu mengapa tes ini tidak dilakukan pada setiap pasien kejiwaan," katanya.
"Saya mempertanyakan itu setiap hari."
HPHPA dapat menyebabkan deaktivasi enzim sehingga dopamin tidak dapat dikonversi ke neuroepinephrine neurotransmitter, Greenblatt mengatakan itu dapat menyebabkan penumpukan dopamin.
"Kita tahu tingginya level dari dopamine dapat menyebabkan agitasi," katanya, mengutip literatur dan studi kasus medis.
Dalam satu studi 2010 di McMaster University di Kanada, yang diterbitkan dalam jurnal Komunikatif dan Biologi Integratif, ilmuwan menemukan hubungan antara mikrobiota usus dengan perilaku kecemasan.
Para peneliti membandingkan perilaku normal tikus selama 8 minggu dan orang-orang yang dihilangkan mikrobanya. Mereka yang tidak memiliki bakteri baik menunjukkan meereka memilki resiko yang lbh tinggi memiliki anxie dan stres. Mereka juga memiliki perubahan pada zat kimia otak BDNF yang berhubungan dengan anxiety dan depresi pada manusia.
Para peneliti percaya bahwa dalam periode postnatal, "bakteri usus" berdampak pada tidak hanya sistem kekebalan tubuh, tetapi pengembangan neuroendokrin dan sistem metabolisme.
Kehadiran mikrobiota mengatur "set point" untuk kegiatan aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal.
Penelitian terhadap pentingnya bakteri usus adalah berkedudukan kuat dan dua studi lainnya menegaskan kembali kebenaran dari studi McMaster, menurut co-penulis Jane Foster, profesor ilmu saraf dan ilmu perilaku dari McMaster University & Brain-Body Institute.
"Bakteri usus berbicara dengan otak dalam berbagai cara baik melalui sistem kekebalan tubuh atau sistem saraf enterik," kata Foster.
Namun, ketika hanya menggunakan probiotik agar dapat membantu pasien, itu bukan "peluru ajaib." yang dapat menyelesaikan masalah ini. Early life stress (ELS), gizi dan membangun sistem kekebalan tubuh yang kuat semuanya memainkan peran penting dalam kesehatan mental seseorang, katanya.
"Siapapun yang memiliki gangguan kesehatan mental yang juga memiliki gangguan pencernaan adalah kandidat yang baik untuk mencoba probiotik," katanya.
Teman-teman, mari kita coba mulai sekarang menjaga kesehatan usus kita, hal ini patut kita coba karena tidak ada ruginya malah keuntungannya sangat banyak, komsumsi makanan sehat, yakult, kefir, yogurt dapat membantu kita untuk kesembuhan.
Untuk teman-teman yang ingin berbagi, silahkan bergabung dengan group facebook yang saya kelola :
Indonesia: GERD Anxiety Indonesia (GAI) :
https://www.facebook.com/groups/gerd.anxie/
International: GERD/Acid Reflux :
https://www.facebook.com/groups/GAI.Support/
Dr. James Greenblatt, a Boston-area psychiatrist, had a puzzling case: a teenager arrived in his office with severe obsessive–compulsive disorder (OCD), as well as attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) and an array of digestive problems.
"Mary's parents had been running around for many years and she'd had a poor response to medicine," said Greenblatt, founder of Comprehensive Psychiatric Resources Inc. in Waltham, Mass. "When a patient doesn't respond, that's a red flag."
Greenblatt first did a simple urine test for the metabolite HPHPA, the chemical byproduct of the clostridia bacteria, and found that it was elevated.
He put her on a course of high-powered probiotics to boost her good bacteria, followed by antibiotics, and her levels began to "dramatically" go down, he said.
After six months, Mary's symptoms began to disappear. And by a year, they were gone. Today, three years later, Mary is a senior in high school and has no sign of either mental disorder.
And now, scientists think there may be a link between what's in your gut and what's in your head, suggesting that bacteria may play a role in disorders such as anxiety, schizophrenia and autism. In some patients, the strep bacterium has been linked to OCD in a condition known as PANDAS.
He said he checks every patient for HPHPA with a simple organic acid urine test before moving ahead with medications to treat symptoms.
"Eight out of 10 people are fine," he said. "But in the two patients where it's elevated, it can have profound effects on the nervous system."
"I don't know why this test isn't done on every psychiatric patient," he said. 'I question that every day."
HPHPA causes deactivation of an enzyme so that dopamine cannot be converted to the neurotransmitter neuroepinephrine, Greenblatt said, and that causes a build-up of dopamine.
"We know elevated levels in the dopamine gene cause agitation," he said, citing medical literature and case studies.
In one 2010 study at McMaster University in Canada, published in the journal Communicative and Integrative Biology, scientists found a link between intestinal microbiota and anxiety-like behavior.
Researchers compared the behaviors of normal 8-week-old mice and those whose guts were stripped of microbes. Those without bacteria showed higher levels of risk-taking and the stress hormone cortisol. They also had altered levels of the brain chemical BDNF, which has been linked to anxiety and depression in humans.
Researchers believe that in the immediate postnatal period, the "gut bacteria" have an impact on not just the immune system, but the development of the neuroendocrine and metabolic systems. Presence of microbiota regulates the "set point" for hypothalamic-pituitary-adrenal axis activity.
Research into the importance of gut bacteria is "well-established," and two other later studies have reaffirmed the McMaster study, according to its co-author Jane Foster, associate professor of neuroscience and behavioral science and part of the McMaster University & Brain-Body Institute.
"The gut bacteria talk to the brain in multiple ways through either the immune system or the enteric nervous system," said Foster.
However, while using probiotics may help a "subset of patients," she said, it's not a "magic bullet." Early life stresses, nutrition and building a strong immune system all play an important role in a person's mental health, she said.
"Anyone who has a mental health disorder that coincides with a GI disorder is a good candidate for probiotics," she said.
http://abcnews.go.com/Health/anxiety-head-gut/story?id=20229136
Dr James Greenblatt, seorang psikiater dari Boston, mendapatkan kasus yang membingungkan:
seorang remaja datang ke kantornya dengan gangguan Obsessive–Compulsive Disorder (OCD),
serta gangguan Attention Deficit Hyperactivity (ADHD) dan mengalami berbagai masalah pencernaan.
"Menurut orang tuanya, maria melakukan pengobatan selama beberapa tahun dan mengalami respon yang tidak baik atas obat-obatan tersebut." kata Greenblatt, pendiri Komprehensif Psychiatric Resources Inc di Waltham, Mass. "Ketika seorang pasien tidak merespon obat-obatan, maka itu adalah bendera merah . "
Greenblatt melakukan tes urine sederhana untuk HPHPA metabolit, produk sampingan kimia dari bakteri clostridia. Greenblatt memberikan probiotik tingkat tinggi dan antibiotik, dan kemudian tingkat kecemasan dari pasiennya mulai turun secara dramatis.
Setelah enam bulan, gejala Maria mulai menghilang. Dan setahun kemudian, mereka sudah pergi. Hari ini, tiga tahun kemudian, Mary sudah bersekolah dan tidak memiliki tanda-tanda gangguan mental.
Dan sekarang, para ilmuwan mulai berpikir kemungkinan ada hubungan antara apa yang ada di usus Anda dan apa yang ada di pikiran anda, dan menunjukkan bahwa bakteri dapat berperan dalam gangguan seperti kecemasan, skizofrenia dan autisme. Pada beberapa pasien, bakteri telah dikaitkan dengan masalah OCD dengan kondisi yang dikenal dengan nama PANDAS.
Ia mengatakan ia memeriksa setiap pasien dengan test HPHPA yaitu dengan tes urine asam organik sederhana sebelum melakukan pengobatan dengan obat-obatan.
"Delapan dari 10 orang baik-baik saja," katanya. "Tapi pada dua pasien ditemukan mengandung kadar yang tinggi , dan dapat menimbulkan efek yang mendalam pada sistem sarafnya"
"Saya tidak tahu mengapa tes ini tidak dilakukan pada setiap pasien kejiwaan," katanya.
"Saya mempertanyakan itu setiap hari."
HPHPA dapat menyebabkan deaktivasi enzim sehingga dopamin tidak dapat dikonversi ke neuroepinephrine neurotransmitter, Greenblatt mengatakan itu dapat menyebabkan penumpukan dopamin.
"Kita tahu tingginya level dari dopamine dapat menyebabkan agitasi," katanya, mengutip literatur dan studi kasus medis.
Dalam satu studi 2010 di McMaster University di Kanada, yang diterbitkan dalam jurnal Komunikatif dan Biologi Integratif, ilmuwan menemukan hubungan antara mikrobiota usus dengan perilaku kecemasan.
Para peneliti membandingkan perilaku normal tikus selama 8 minggu dan orang-orang yang dihilangkan mikrobanya. Mereka yang tidak memiliki bakteri baik menunjukkan meereka memilki resiko yang lbh tinggi memiliki anxie dan stres. Mereka juga memiliki perubahan pada zat kimia otak BDNF yang berhubungan dengan anxiety dan depresi pada manusia.
Para peneliti percaya bahwa dalam periode postnatal, "bakteri usus" berdampak pada tidak hanya sistem kekebalan tubuh, tetapi pengembangan neuroendokrin dan sistem metabolisme.
Kehadiran mikrobiota mengatur "set point" untuk kegiatan aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal.
Penelitian terhadap pentingnya bakteri usus adalah berkedudukan kuat dan dua studi lainnya menegaskan kembali kebenaran dari studi McMaster, menurut co-penulis Jane Foster, profesor ilmu saraf dan ilmu perilaku dari McMaster University & Brain-Body Institute.
"Bakteri usus berbicara dengan otak dalam berbagai cara baik melalui sistem kekebalan tubuh atau sistem saraf enterik," kata Foster.
Namun, ketika hanya menggunakan probiotik agar dapat membantu pasien, itu bukan "peluru ajaib." yang dapat menyelesaikan masalah ini. Early life stress (ELS), gizi dan membangun sistem kekebalan tubuh yang kuat semuanya memainkan peran penting dalam kesehatan mental seseorang, katanya.
"Siapapun yang memiliki gangguan kesehatan mental yang juga memiliki gangguan pencernaan adalah kandidat yang baik untuk mencoba probiotik," katanya.
Teman-teman, mari kita coba mulai sekarang menjaga kesehatan usus kita, hal ini patut kita coba karena tidak ada ruginya malah keuntungannya sangat banyak, komsumsi makanan sehat, yakult, kefir, yogurt dapat membantu kita untuk kesembuhan.
Untuk teman-teman yang ingin berbagi, silahkan bergabung dengan group facebook yang saya kelola :
Indonesia: GERD Anxiety Indonesia (GAI) :
https://www.facebook.com/groups/gerd.anxie/
International: GERD/Acid Reflux :
https://www.facebook.com/groups/GAI.Support/
Dr. James Greenblatt, a Boston-area psychiatrist, had a puzzling case: a teenager arrived in his office with severe obsessive–compulsive disorder (OCD), as well as attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) and an array of digestive problems.
"Mary's parents had been running around for many years and she'd had a poor response to medicine," said Greenblatt, founder of Comprehensive Psychiatric Resources Inc. in Waltham, Mass. "When a patient doesn't respond, that's a red flag."
Greenblatt first did a simple urine test for the metabolite HPHPA, the chemical byproduct of the clostridia bacteria, and found that it was elevated.
He put her on a course of high-powered probiotics to boost her good bacteria, followed by antibiotics, and her levels began to "dramatically" go down, he said.
After six months, Mary's symptoms began to disappear. And by a year, they were gone. Today, three years later, Mary is a senior in high school and has no sign of either mental disorder.
And now, scientists think there may be a link between what's in your gut and what's in your head, suggesting that bacteria may play a role in disorders such as anxiety, schizophrenia and autism. In some patients, the strep bacterium has been linked to OCD in a condition known as PANDAS.
He said he checks every patient for HPHPA with a simple organic acid urine test before moving ahead with medications to treat symptoms.
"Eight out of 10 people are fine," he said. "But in the two patients where it's elevated, it can have profound effects on the nervous system."
"I don't know why this test isn't done on every psychiatric patient," he said. 'I question that every day."
HPHPA causes deactivation of an enzyme so that dopamine cannot be converted to the neurotransmitter neuroepinephrine, Greenblatt said, and that causes a build-up of dopamine.
"We know elevated levels in the dopamine gene cause agitation," he said, citing medical literature and case studies.
In one 2010 study at McMaster University in Canada, published in the journal Communicative and Integrative Biology, scientists found a link between intestinal microbiota and anxiety-like behavior.
Researchers compared the behaviors of normal 8-week-old mice and those whose guts were stripped of microbes. Those without bacteria showed higher levels of risk-taking and the stress hormone cortisol. They also had altered levels of the brain chemical BDNF, which has been linked to anxiety and depression in humans.
Researchers believe that in the immediate postnatal period, the "gut bacteria" have an impact on not just the immune system, but the development of the neuroendocrine and metabolic systems. Presence of microbiota regulates the "set point" for hypothalamic-pituitary-adrenal axis activity.
Research into the importance of gut bacteria is "well-established," and two other later studies have reaffirmed the McMaster study, according to its co-author Jane Foster, associate professor of neuroscience and behavioral science and part of the McMaster University & Brain-Body Institute.
"The gut bacteria talk to the brain in multiple ways through either the immune system or the enteric nervous system," said Foster.
However, while using probiotics may help a "subset of patients," she said, it's not a "magic bullet." Early life stresses, nutrition and building a strong immune system all play an important role in a person's mental health, she said.
"Anyone who has a mental health disorder that coincides with a GI disorder is a good candidate for probiotics," she said.
0 comments:
Post a Comment